Hari ini, 26 Mei, kita kembali memperingati Hari Jadi Kabupaten Lamongan. Tanggal ini bukan sekadar angka dalam kalender, melainkan titik balik sejarah yang mengukuhkan identitas Lamongan sebagai daerah otonom yang berdaulat, berdasarkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1996.
Lamongan lahir dari perjalanan panjang yang sarat makna. Sejak era Kerajaan Kahuripan, Jenggala, hingga Kesultanan Demak, wilayah ini menjadi saksi bisu dinamika peradaban Nusantara. Nama "Lamongan" sendiri konon berasal dari Ki Gede Lamong, tokoh bijak yang meletakkan fondasi tata kelola masyarakat berbasis kearifan lokal dan semangat gotong royong.
Di usia yang semakin matang, Lamongan terus membuktikan diri sebagai kabupaten yang bermartabat dan berdaya saing. Dari sektor pertanian yang subur di dataran Bengawan Solo, potensi kelautan di pesisir utara yang menjanjikan, hingga industri kreatif dan pariwisata seperti Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Maharani Zoo, semuanya menjadi bukti kemandirian daerah.
Peringatan Hari Jadi ke-456 ini mengingatkan kita pada tiga pilar utama:
Memuliakan sejarah sebagai kompas perjalanan,
Memperkuat kolaborasi antar pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha,
Mendorong inovasi demi kesejahteraan rakyat yang inklusif.
Di balik soto Lamongan yang mendunia dan sate bebek yang legendaris, tersimpan semangat warga yang pantang menyerah. Mari jadikan momen ini sebagai cambuk untuk bergerak lebih cepat, bekerja lebih tulus, dan membangun Lamongan yang unggul, religius, dan berbudaya.
Dirgahayu Kabupaten Lamongan! Jayalah budaya dan bangsanya!